Kuraih Ketenangan Hidup Dengan Menghindari Sifat Tamak
Kuraih Ketenangan Hidup Dengan Menghindari Sifat Tamak |
Al-Quran Hadis - Sebelum kita membahas mengenai Kuraih Ketenangan Hidup Dengan Menghindari Sifat Tamak alangkah baiknya kita simak dulu tentang kiasah Qarun berikut ini.
Kisah Qarun
Tahukah kalian kisah Qarun? Qarun adalah orang yang sangat kaya raya. Harta kekayaannya sangat melimpah, tetapi ia kikir, sombong, dan tamak terhadap harta. Karena kekayaan yang dimilikinya itulah, ia tidak mau menyembah Tuhannya, dan enggan mengeluarkan zakat. Ia beranggapan bahwa apa yang dimiliki semata-mata karena jerih payahnya sendiri. Demikian pula, ilmu yang dimilikinya pun ia dapatkan sendiri tanpa ada keterlibatan Tuhan di dalamnya. Akibat keserakahan dan ketamakannya terhadap harta, lalu Allah mengazab dengan menenggelamkan harta kekayaan yang ia miliki bersama dirinya ke dalam tanah.
Kisah tersebut menggambarkan sikap orang yang menjadikan harta kekayaan sebagai tujuan hidup dan “berhala”yang selalu dipuja-puja sehingga melahirkan sikap kikir dan serakah. Oleh karena itu, selayaknya hidup di dunia ini kita jadikan sebagai jembatan menuju kehidupan akhirat yang hakiki. Kehidupan dunia kita jadikan sebagai lahan untuk menanam kebajikan, yang hasilnya akan kita panen di kehidupan akhirat nanti.
1. Tamak terhadap Harta
Islam menganjurkan pemeluknya untuk bekerja mencari nafkah dengan cara baik dan halal. Dengan bekerja, manusia akan dapat memenuhi kebutuhan hidupnya berupa sandang, pangan, dan papan. Selain untuk memenuhi kebutuhan hidup, harta benda juga harus dimanfaatkan untuk tujuan beribadah kepada Allah Swt.
Tahukah kalian, kepemilikan harta yang melimpah terkadang bisa memunculkan perilaku buruk, yaitu kecintaan berlebihan terhadap harta benda atau tamak? Dikarenakan kecintaannya terhadap harta yang mendalam, sebagian manusia hendak menimbun harta untuk kepentingan pribadi. Semakin bertambah jumlah harta seseorang maka akan memunculkan sikap serakah dan hasrat yang tak terkendali terhadap harta kekayaan. Ia akan selalu berusaha mengejar dan mencari kekayaan dengan segala macam cara. Tak peduli halal atau haram, yang penting harta benda dapat terkumpul dalam genggamannya.
Ia pun tidak akan pernah merasa puas dan bersyukur terhadap apa yang dimilikinya, dan senantiasa berusaha meraih segala sesuatu yang belum menjadi miliknya. Sikap seperti inilah yang disinyalir Allah dalam al-Quran surat at-Takatsur bahwa sejatinya manusia memiliki kecenderungan untuk tamak dan serakah terhadap harta. Keinginan untuk mengumpulkan kekayaan sebanyak-banyaknya tidak pernah berakhir dalam diri manusia sampai ia masuk ke liang lahat.
a. Pengertian tamak
Pada zaman sekarang, banyak manusia yang lebih mengejar kehidupan mewah dan berlaku konsumtif daripada hidup sederhana dan apa adanya. Padahal, salah satu efek negatif dari gaya hidup konsumtif adalah menumbuhkan sifat tamak terhadap harta. Lantas, apakah yang dimaksud dengan tamak terhadap harta?
Tamak terhadap harta adalah suatu keinginan yang besar untuk memperoleh harta sebanyak-banyaknya. Hal ini didorong oleh kecintaan yang berlebihan terhadap harta, atau bisa juga dipicu lewat pergaulan dan gaya hidup hedonis dan konsumtif.
Islam tidak melarang seseorang untuk mencintai harta. Hanya saja Islam mengingatkan agar kecintaannya terhadap harta itu bukan dijadikan sebagai tujuan hidup. Sebab tujuan hidup manusia tidak terletak pada kecukupan harta, tetapi kepuasan ruhani yang mengantarkan manusia pada kenikmatan hidup yang hakiki di masa yang akan datang.
Selain itu, al-Quran juga mengungkapkan bahwa harta dan anak-anak tidak lain hanyalah perhiasan dunia. Namun, yang lebih hakiki dan abadi yaitu amal-amal saleh manusia sebagai bekal kehidupan di akhirat kelak. Coba renungkan firman Allah dalam surah al-Kahfi [18] ayat 46, berikut :
Artinya: “Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia, tetapi amalan-amalan yang kekal lagi saleh itu lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan.”(QS.al-Kahfi [18]: 46)
Lain halnya dengan pernyataan dalam surah at-Takatsur. Kecenderungan manusia untuk berbanyak-banyak harta tidak akan selesai hingga kematian menjemputnya. Sepanjang hayat masih dikandung badan keinginan manusia untuk menambah dan mengumpulkan harta tidak akan putus. Semakin bertambah kekayaan yang diperoleh dan dikuasainya, semakin tinggi pula semangatnya untuk menambah kekayaan. Bahkan dalam sebuah Hadis yang diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari, Rasulullah Saw. bersabda: “Seandainya manusia ada yang memiliki dua lembah yang penuh dengan emas maka dia akan tetap mengharapkan mempunyai lembah yang ketiga.”
b. Akibat Buruk dari SifatTamak terhadap Harta
Perilaku-perilaku negatif yang ditimbulkan dari sifat tamak antara lain:
a) Bakhil. Sikap ini dipicu karena cinta harta secara berlebihan sehingga enggan berbagi dengan orang lain yang membutuhkan.
b) Egois, atau suatu sikap mementingkan diri sendiri
c) Individualis, sikap tidak peduli dengan lingkungannya.
d) Ambisius; hasrat berpacu untuk memperoleh harta sebanyak-banyaknya.
e) Menjadikan harta sebagai “berhala”(sesuatu yang dipuja-puja dan diimpikan) sehingga melalaikan tujuan kehidupan hakiki (akhirat).
Demikianlah, sifat tamak terhadap harta akan membuat pelakunya semakin jauh dengan Allah Swt. karena ia akan mencintai harta dan sedikit demi sedikit fmelupakan Allah Swt. sebaagai Dzat yang Maha Mencukupi dan Maha Memberi.
Selanjutnya, kita akan membahas Surat al-Humazah dan at-Takatsur. Di dalam kedua surat ini terkandunng peringatan Allah Swt.agar kita tidak tamak terhadap harta benda.
Di samping itu, surah ini juga menggambarkan perihal ancaman Allah bagi orang-orang yang suka mencela, menimbun harta, bermegah-megahan dengan hartanya, serta enggan menafkahkan harta di jalan Allah.
2. Kandungan Surah al-Humazah dan at-Takatsur
Surah al-Humazah dan at-Takatsur adalah dua surah yang membahas tentang sifat orang yang tamak terhadap harta. Untuk mengetahui lebih lanjut kandungan surah ini, mari kita pelajari dengan sungguh-sungguh!
a. Surah al-Humazah
Pembahasan surah al-Humazah meliputi lafal, terjemah, dan penjelasan surah.
a) Lafal dan terjemahan surah al-Humazah
Artinya: “Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia, tetapi amalan-amalan yang kekal lagi saleh itu lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan.”(QS.al-Kahfi [18]: 46)
Lain halnya dengan pernyataan dalam surah at-Takatsur. Kecenderungan manusia untuk berbanyak-banyak harta tidak akan selesai hingga kematian menjemputnya. Sepanjang hayat masih dikandung badan keinginan manusia untuk menambah dan mengumpulkan harta tidak akan putus. Semakin bertambah kekayaan yang diperoleh dan dikuasainya, semakin tinggi pula semangatnya untuk menambah kekayaan. Bahkan dalam sebuah Hadis yang diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari, Rasulullah Saw. bersabda: “Seandainya manusia ada yang memiliki dua lembah yang penuh dengan emas maka dia akan tetap mengharapkan mempunyai lembah yang ketiga.”
b. Akibat Buruk dari SifatTamak terhadap Harta
Perilaku-perilaku negatif yang ditimbulkan dari sifat tamak antara lain:
a) Bakhil. Sikap ini dipicu karena cinta harta secara berlebihan sehingga enggan berbagi dengan orang lain yang membutuhkan.
b) Egois, atau suatu sikap mementingkan diri sendiri
c) Individualis, sikap tidak peduli dengan lingkungannya.
d) Ambisius; hasrat berpacu untuk memperoleh harta sebanyak-banyaknya.
e) Menjadikan harta sebagai “berhala”(sesuatu yang dipuja-puja dan diimpikan) sehingga melalaikan tujuan kehidupan hakiki (akhirat).
Demikianlah, sifat tamak terhadap harta akan membuat pelakunya semakin jauh dengan Allah Swt. karena ia akan mencintai harta dan sedikit demi sedikit fmelupakan Allah Swt. sebaagai Dzat yang Maha Mencukupi dan Maha Memberi.
Selanjutnya, kita akan membahas Surat al-Humazah dan at-Takatsur. Di dalam kedua surat ini terkandunng peringatan Allah Swt.agar kita tidak tamak terhadap harta benda.
Di samping itu, surah ini juga menggambarkan perihal ancaman Allah bagi orang-orang yang suka mencela, menimbun harta, bermegah-megahan dengan hartanya, serta enggan menafkahkan harta di jalan Allah.
2. Kandungan Surah al-Humazah dan at-Takatsur
Surah al-Humazah dan at-Takatsur adalah dua surah yang membahas tentang sifat orang yang tamak terhadap harta. Untuk mengetahui lebih lanjut kandungan surah ini, mari kita pelajari dengan sungguh-sungguh!
a. Surah al-Humazah
Pembahasan surah al-Humazah meliputi lafal, terjemah, dan penjelasan surah.
a) Lafal dan terjemahan surah al-Humazah
b) Asbabun Nuzul
Dalam salah satu riwayat dikatakan, ‘Utsman dan Ibnu ‘Umar berkata:“Masih segar terngiang di telinga kami bahwa ayat ini (surah al-Humazah 1-2) turun berkenaan dengan Ubay bin Khalaf, seorang tokoh Quraisy yang kaya raya. Ia selalu mengejek dan menghina Rasul dengan kekayaannya.”Demikianlah yang diriwayatkan Ibnu Abi Hatim yang bersumber dari ‘Utsman dan Ibnu ‘Umar.
Dalam salah satu riwayat dikatakan, ‘Utsman dan Ibnu ‘Umar berkata:“Masih segar terngiang di telinga kami bahwa ayat ini (surah al-Humazah 1-2) turun berkenaan dengan Ubay bin Khalaf, seorang tokoh Quraisy yang kaya raya. Ia selalu mengejek dan menghina Rasul dengan kekayaannya.”Demikianlah yang diriwayatkan Ibnu Abi Hatim yang bersumber dari ‘Utsman dan Ibnu ‘Umar.
c) Penjelasan Ayat
Surah al-Humazah termasuk di antara surah Makkiyah. Surah ini terdiri dari sembilan ayat. al-Humazah berarti pengumpat, salah satu sifat tercela dan dilarang oleh agama.
Adapun pokok kandungan surah al-Humazah adalah sebagai berikut:
Ayat 1; menjelaskan tentang orang yang suka mencela dan mengumpat akan celaka.
Ayat 2; menjelaskan tentang perilaku orang kafi r yang gemar mengumpulkan harta dan sibuk menghitung kekayaannya. Mereka lebih berkonsentrasi pada kehidupan dunia yang fana daripada mencari hidayah Allah Swt. dan memikirkan kehidupan akhirat yang abadi.
Ayat 3, menjelaskan tentang perilaku orang kafi r yang menganggap bahwa harta yang dimiliki bisa membawa pada kesenangan selama-lamanya.
Ayat 4; Allah menjelaskan bahwa semua anggapan orang kafi r itu salah, dan kekayaan yang mereka miliki tidak ada manfaatnya. Mereka akan mendapat balasan dari perbuatannya, yaitu dilempar ke neraka Huthamah.
Ayat 5-7; menjelaskan tentang tempat bagi pencela dan pengumpat, yaitu neraka Huthamah, dengan api yang akan membakar hingga masuk ke dalam hati mereka.
Ayat 8-9; menjelaskan keadaan mereka di dalam neraka Huthamah. Mereka tidak dapat keluar karena sudah ditutup rapat dan diikat di tiang-tiang panjang.
Setelah kalian memahami kandungan surah al-Humazah, pasti kalian akan berpikir lebih jauh untuk sedapat mungkin menghindari perilaku-perilaku buruk yang diungkapkan dalam surah tersebut. Maka, yakinlah bahwa kalian sanggup, dan mohonlah perlindungan dari Allah karena Dia-lah sebaik-baik tempat berlindung.
Ketahuilah, ancaman bagi orang-orang yang tidak mampu menghindari sifat-sifat buruk yang terungkap dalam surah al-Humazah adalah neraka Huthamah. Sifat api Huthamah berbeda dengan api yang berada di dunia. Api Huthamah dapat menyusup masuk ke rongga badan, hingga membakar hati. Mereka pun akan terkunci rapat di dalam neraka. Sehingga setiap kali mereka hendak keluar karena merasakan kesengsaraan, niscaya mereka akan dikembalikan lagi ke dalamnya. Begitulah seterusnya penderitaan yang mereka alami.
b. Surah at-Takatsur
Pembahasan surah at-Takatsur meliputi lafal surah, terjemah dan penjelasannya.
a) Lafal dan Terjemah Surah at-Takatsur
Surah al-Humazah termasuk di antara surah Makkiyah. Surah ini terdiri dari sembilan ayat. al-Humazah berarti pengumpat, salah satu sifat tercela dan dilarang oleh agama.
Adapun pokok kandungan surah al-Humazah adalah sebagai berikut:
Ayat 1; menjelaskan tentang orang yang suka mencela dan mengumpat akan celaka.
Ayat 2; menjelaskan tentang perilaku orang kafi r yang gemar mengumpulkan harta dan sibuk menghitung kekayaannya. Mereka lebih berkonsentrasi pada kehidupan dunia yang fana daripada mencari hidayah Allah Swt. dan memikirkan kehidupan akhirat yang abadi.
Ayat 3, menjelaskan tentang perilaku orang kafi r yang menganggap bahwa harta yang dimiliki bisa membawa pada kesenangan selama-lamanya.
Ayat 4; Allah menjelaskan bahwa semua anggapan orang kafi r itu salah, dan kekayaan yang mereka miliki tidak ada manfaatnya. Mereka akan mendapat balasan dari perbuatannya, yaitu dilempar ke neraka Huthamah.
Ayat 5-7; menjelaskan tentang tempat bagi pencela dan pengumpat, yaitu neraka Huthamah, dengan api yang akan membakar hingga masuk ke dalam hati mereka.
Ayat 8-9; menjelaskan keadaan mereka di dalam neraka Huthamah. Mereka tidak dapat keluar karena sudah ditutup rapat dan diikat di tiang-tiang panjang.
Setelah kalian memahami kandungan surah al-Humazah, pasti kalian akan berpikir lebih jauh untuk sedapat mungkin menghindari perilaku-perilaku buruk yang diungkapkan dalam surah tersebut. Maka, yakinlah bahwa kalian sanggup, dan mohonlah perlindungan dari Allah karena Dia-lah sebaik-baik tempat berlindung.
Ketahuilah, ancaman bagi orang-orang yang tidak mampu menghindari sifat-sifat buruk yang terungkap dalam surah al-Humazah adalah neraka Huthamah. Sifat api Huthamah berbeda dengan api yang berada di dunia. Api Huthamah dapat menyusup masuk ke rongga badan, hingga membakar hati. Mereka pun akan terkunci rapat di dalam neraka. Sehingga setiap kali mereka hendak keluar karena merasakan kesengsaraan, niscaya mereka akan dikembalikan lagi ke dalamnya. Begitulah seterusnya penderitaan yang mereka alami.
b. Surah at-Takatsur
Pembahasan surah at-Takatsur meliputi lafal surah, terjemah dan penjelasannya.
a) Lafal dan Terjemah Surah at-Takatsur
b) Asbabun Nuzul
Surah at-Takatsur ayat 1-2 turun berkenaan dengan dua kabilah Anshar; Bani Haritsah dan Banil Harits yang saling menyombongkan diri dengan kekayaan dan keturunannya. Mereka saling bertanya, “Apakah kalian mempunyai pahlawan segagah dan secekatan si Fulan?” Mereka saling menyombongkan diri dengan kedudukan dan kekayaan orang-orang yang masih hidup. Mereka juga saling mengajak pergi ke kuburan untuk menyombongkan kepahlawanan golongannya yang sudah gugur dengan menunjukkan kuburannya. Ayat ini turun sebagai teguran kepada orang-orang yang hidup bermegah-megah sehingga ibadahnya kepada Allah terabaikan. (Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim yang bersumber dari Ibnu Buraidah)
c) Penjelasan Ayat
Surah at-Takatsur terdiri dari delapan ayat, dan termasuk golongan surat Makiyyah. At-Takatsur artinya bermegah-megahan. Seakan-akan ayat ini hendak mengungkapkan penyebab kecelakaan itu karena saling memperbanyak kenikmatan duniawi, yang mengakibatkan mereka enggan untuk kalah bersaing. Mereka mengunggulkan kenikmatan harta benda dan anak-anak. Keengganan untuk kalah bersaing itu mendorong mereka untuk mengangung-agungkan leluhur mereka demi membuktikan keunggulan satu sama lain. Hingga hal ini melalaikan mereka dari ibadah kepada Allah sampai ajal menjemput.
Pokok kandungan surah at-Takatsur tentang perilaku manusia yang suka bermegah-megahan dalam soal kehidupan duniawi sehingga menyebabkan melalaikan dari tujuan hidupnya.
Allah Swt. sangat mencela perilaku bermegah-megahan dan saling membanggakan status sosial. Di akhirat nanti Allah akan menyediakan tempat bagi mereka yaitu neraka Jahim, dan mereka benar-benar kekal di dalamnya. Di akhir surah ini, Allah menegaskan bahwa pada hari kiamat nanti manusia akan dimintai pertanggungjawaban tentang kenikmatan yang dibangga-bangakan ketika di dunia itu.
Setelah kalian memahami kandungan surah at-Takatsur, pasti timbul keinginan untuk menghindari perbuatan-perbuatan tercela tersebut dengan segala daya upaya dan ridha dari Allah Swt.
Surah al-Humazah dan at-Takatsur mempunyai keterkaitan erat, yaitu :
1. Surah al-Humazah dan at-Takatsur sama-sama mengungkap tentang perilaku orang-orang yang membanggakan kemewahan dunia dan bermegah-megahan, hingga melalaikan kehidupan akhirat.
2. Orang yang bermegah-megahan itu menganggap bahwa ia akan memperoleh kenikmatan yang abadi. Padahal, kehidupan dunia bersifat sementara, sedangkan kelak mereka pasti akan dimintai pertanggungjawaban tentang harta yang mereka bangga-banggakan di dunia.
3. Kedua surah ini sama-sama mengiformasikan tentang ancaman siksa neraka. Mereka yang suka mencela dan mengumpat akan berada di neraka Huthamah, sedangkan orang-orang yang suka bermegah-megahan dan membanggakan harta hingga melalaikan tujuan kehidupan akhirat akan berada di neraka Jahim.
Surah at-Takatsur ayat 1-2 turun berkenaan dengan dua kabilah Anshar; Bani Haritsah dan Banil Harits yang saling menyombongkan diri dengan kekayaan dan keturunannya. Mereka saling bertanya, “Apakah kalian mempunyai pahlawan segagah dan secekatan si Fulan?” Mereka saling menyombongkan diri dengan kedudukan dan kekayaan orang-orang yang masih hidup. Mereka juga saling mengajak pergi ke kuburan untuk menyombongkan kepahlawanan golongannya yang sudah gugur dengan menunjukkan kuburannya. Ayat ini turun sebagai teguran kepada orang-orang yang hidup bermegah-megah sehingga ibadahnya kepada Allah terabaikan. (Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim yang bersumber dari Ibnu Buraidah)
c) Penjelasan Ayat
Surah at-Takatsur terdiri dari delapan ayat, dan termasuk golongan surat Makiyyah. At-Takatsur artinya bermegah-megahan. Seakan-akan ayat ini hendak mengungkapkan penyebab kecelakaan itu karena saling memperbanyak kenikmatan duniawi, yang mengakibatkan mereka enggan untuk kalah bersaing. Mereka mengunggulkan kenikmatan harta benda dan anak-anak. Keengganan untuk kalah bersaing itu mendorong mereka untuk mengangung-agungkan leluhur mereka demi membuktikan keunggulan satu sama lain. Hingga hal ini melalaikan mereka dari ibadah kepada Allah sampai ajal menjemput.
Pokok kandungan surah at-Takatsur tentang perilaku manusia yang suka bermegah-megahan dalam soal kehidupan duniawi sehingga menyebabkan melalaikan dari tujuan hidupnya.
Allah Swt. sangat mencela perilaku bermegah-megahan dan saling membanggakan status sosial. Di akhirat nanti Allah akan menyediakan tempat bagi mereka yaitu neraka Jahim, dan mereka benar-benar kekal di dalamnya. Di akhir surah ini, Allah menegaskan bahwa pada hari kiamat nanti manusia akan dimintai pertanggungjawaban tentang kenikmatan yang dibangga-bangakan ketika di dunia itu.
Setelah kalian memahami kandungan surah at-Takatsur, pasti timbul keinginan untuk menghindari perbuatan-perbuatan tercela tersebut dengan segala daya upaya dan ridha dari Allah Swt.
Surah al-Humazah dan at-Takatsur mempunyai keterkaitan erat, yaitu :
1. Surah al-Humazah dan at-Takatsur sama-sama mengungkap tentang perilaku orang-orang yang membanggakan kemewahan dunia dan bermegah-megahan, hingga melalaikan kehidupan akhirat.
2. Orang yang bermegah-megahan itu menganggap bahwa ia akan memperoleh kenikmatan yang abadi. Padahal, kehidupan dunia bersifat sementara, sedangkan kelak mereka pasti akan dimintai pertanggungjawaban tentang harta yang mereka bangga-banggakan di dunia.
3. Kedua surah ini sama-sama mengiformasikan tentang ancaman siksa neraka. Mereka yang suka mencela dan mengumpat akan berada di neraka Huthamah, sedangkan orang-orang yang suka bermegah-megahan dan membanggakan harta hingga melalaikan tujuan kehidupan akhirat akan berada di neraka Jahim.
Setelah kalian mempelajari kandungan kedua surah di atas, kalian harus bisa mengambil hikmah dari penjelasan di atas. Berikut adalah beberapa cara untuk menghindari ancaman neraka, antara lain:
1. Tidak membanggakan harta yang dimilikinya.
2. Memilih pola hidup sederhana tapi bermartabat.
3. Tidak menjadikan harta kekayaan sebagai tujuan hidup.
4. Harta kekayaan tidak menjadikan lalai kepada Allah Swt.
5. Bersikap selektif dengan tidak menghalalkan segala cara.
6. Mencari harta yang halal dan thayyib.
7. Menanamkan kesadaran bahwa harta kekayaan yang dimiliki merupakan amanah yang akan dimintai pertanggungjawaban di hadapan Allah Swt.
1. Tidak membanggakan harta yang dimilikinya.
2. Memilih pola hidup sederhana tapi bermartabat.
3. Tidak menjadikan harta kekayaan sebagai tujuan hidup.
4. Harta kekayaan tidak menjadikan lalai kepada Allah Swt.
5. Bersikap selektif dengan tidak menghalalkan segala cara.
6. Mencari harta yang halal dan thayyib.
7. Menanamkan kesadaran bahwa harta kekayaan yang dimiliki merupakan amanah yang akan dimintai pertanggungjawaban di hadapan Allah Swt.
Demikian penjelasan tentang Kuraih Ketenangan Hidup Dengan Menghindari Sifat Tamak semoga bermanfaat.