Kebahagiaan Anak Yatim Adalah Kebahagiaan Ku

https://pendidikanagamaislamdanbp.blogspot.com/
Kebahagiaan Anak Yatim Adalah Kebahagiaan Ku
Al Quran Hadis - Manusia adalah makhluk sosial. Makhluk yang senantiasa mengadakan hubungan dengan sesamanya. Di dalam masyarakat mereka pun menciptakan lingkungan saling tolong-menolong satu sama lain dan bekerjasama dalam kebaikan. Demikian pula, untuk mencukupi kebutuhan hidupnya manusia perlu mengadakan kerjasama dengan pihak lain. Kerjasama ini dapat terbina dengan baik apabila masing-masing pihak memiliki kepedulian sosial, yang dapat diwujudkan dalam bentuk kegiatan tolong menolong dan menyantuni anak yatim.

1. Konsep Kepedulian Sosial menurut QS. al-Kautsar [107] dan QS.al-Ma‘un [107]
a. Kepedulian Sosial

Kepedulian berasal dari akar kata peduli, yaitu memperhatikan atau menghiraukan. Menaruh peduli berarti menaruh perhatian atau menghiraukan sesuatu. Kepedulian adalah sikap memperhatikan atau menghiraukan urusan orang lain (sesama anggota masyarakat). Kepedulian sosial bukan berarti mencampuri urusan orang lain, lebih dari itu untuk membantu menyelesaikan permasalahan yang dihadapi orang lain dengan tujuan kebaikan.

Mengapa manusia perlu memiliki kepedulian sosial? Karena manusia adalah makhluk sosial yang senantiasa menjalin hubungan kerjasama dengan orang lain. Kerjasama tersebut dapat terjalin harmonis manakala masing-masing pihak memiliki kepedulian sosial.
Di dalam Islam sikap semacam ini sangat dianjurkan sebab mempunyai dampak positif.

Di antara dampak positif tersebut antara lain terwujudnya sikap tolong menolong sehingga menumbuhkan kerukunan dan kebersamaan. Selain itu, untuk menumbuhkan kepekaan dan kepedulian sosial ada berbagai cara yang harus ditempuh, antara lain:
a) Menyadari bahwa rezeki berasal dari Allah. Maka, jika Dia menghendaki dapat diambil sewaktu-waktu.
b) Menyadari bahwa kepedulian sosial termasuk ibadah yang akan mendapatkan pahala dari Allah Swt.
c) Menjauhkan diri dari sifat rakus (tamak) dan kikir.
 
Konsep-konsep kepedulian sosial ini terdapat pada surah al-Kautsar dan al-Ma'un.

2. Surah Al-Kautsar dan Al-Ma‘un Tentang Kepedulian Sosial
a. Surah al-Kautsar

b. Terjemah Surah
1. Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak.
2. Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu; dan berkorbanlah
3. Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu dialah yang terputus.

c. Penjelasan surah
Surah al-Kautsar terdiri dari 3 ayat, dan termasuk di antara surat-surat Makkiyah. Surah ini mengabarkan tentang anugerah Allah Swt. berupa kebajikan yang melimpah kepada Nabi Muhaammad Saw. yang sangat banyak, baik dalam hal kedudukannya sebagai Nabi maupun pribadi. Adapun isi kandungan surah al-Kautsar sebagai berikut:
 
Ayat 1; menerangkan tentang nikmat Allah yang melimpah yang telah diberikan kepada Nabi Muhammad Saw. Kenikmatan yang melimpah itu disebut al-Kautsar.
 
Ayat 2; menerangkan tentang dua perintah kepada Nabi Muhammad Saw. khususnya, dan umat Islam pada umumnya. Kedua perintah itu adalah pelaksanaan shalat dan kurban. Pelaksanaan dua perintah tersebut sebagai bukti rasa syukur atas limpahan nikmat Allah yang begitu banyak
 
Ayat 3; menerangkan perihal orang yang membenci Nabi Muhammad Saw. dan risalahnya. Kebencian ini akan mengakibatkan terputus dari rahmat-Nya. Selain itu, dalam ayat ini juga terdapat lafaz al-abtar. Kata ini bermula dari ba-ta-ra yang berarti putus atau terputus. Semula kata ini untuk menjuluki binatang yang tidak memiliki ekor. Kemudian kata ini mengalami perluasan makna sehingga digunakan untuk menyebut orang-orang yang tidak memiliki keturunan anak laki-laki.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan, isi kandungan surah al-Kautsar menjelaskan tentang nikmat Allah yang dianugerahkan kepada Nabi Muhammad Saw. Dengan kenikmatan inilah, Allah memerintahkan Nabi untuk bersyukur dengan mendirikan shalat dan berkurban sepenuh hati. Sedangkan orang-orang yang membenci Nabi Muhammad tidak akan mendapatkan kebaikan di dunia dan akhirat, dan termasuk orang yang merugi.

d. Surah Al-Ma‘un [107]
e. Terjemah surah
1. Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama?
2. Itulah orang yang menghardik anak yatim,
3. dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin.
4. Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat,
5. (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya,
6. orang-orang yang berbuat riya’.
7. dan enggan (menolong dengan) barang berguna.

f. Penjelasan Surah
Ayat 1-3; menjelaskan tentang pendusta agama. Mereka adalah orang-orang yang menghardik (menyia-nyiakan) anak yatim dan enggan memberi makan orang miskin.

Ayat 4-7; menjelaskan perihal orang-orang yang melaksanakan shalat tapi mendapat celaka. Kecelakan itu disebabkan mereka lalai atau mengabaikan waktu shalatnya. Orang yang melalaikan shalatnya termasuk pendusta agama. Di samping itu, juga menjelaskan tentang sifat riya’, atau orang-orang yang berbuat baik demi memperoleh pujian dan sanjungan dari orang lain, bukan ikhlas karena Allah.

Dalam menerangkan tentang riya’ Al-Ghazali mengatakan jika seseorang menampilkan amal ibadahnya dengan tujuan untuk diperhatikan orang lain, hingga ia mendapatkan tempat di dalam hatinya. Dan orang yang bersikap riya’ termasuk pendusta agama karena ia sama halnya telah menyekutukan Allah Swt.

Ayat 7; merupakan salah satu ajaran tentang larangan berperilaku bakhil atau kikir, dan sikap enggan memberi bantuan kepada orang lain. Perilaku ini termasuk pendustaan terhadap agama.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan, isi surah al-Ma’un menjelaskan tentang sifat manusia yang dipandang sebagai pendusta agama, di antaranya:
a) Orang-orang yang menghardik anak yatim
b) Enggan memberi bantuan kepada orang lain yang sangat membutuhkan.
c) Tidak memberi makan fakir miskin.
d) Orang yang lalai dalam shalat dan bersikap riya’.
Berkaitan dengan hal di atas, ada dua pengertian tentang menghardik anak yatim.

Pertama, menghardik secara verbal; kedua, menghardik secara non verbal. Menghardik secara verbal yaitu dengan kata-kata kasar. Sedangkan menghardik yang bersifat nonverbal, misalnya, bertutur kata lembut dengan mereka tapi tidak memperhatikan makan, pakaian, dan pendidikan yang layak buat mereka. Orang-orang yang berperilaku demikian akan mendapatkan balasan dari Allah, sebagaimana ditegaskan dalam surah an-Nisa’ ayat 10 bahwa mereka diibaratkan menelan api dalam perutnya dan akan masuk ke dalam api neraka yang menyala-nyala.
Artinya, “Sesungguhnya orang-orang yang memakan harta anak yatim secara zalim, sebenarnya mereka itu menelan api sepenuh perutnya dan mereka akan masuk ke dalam api yang menyala-nyala (neraka).”

Demikian pula dengan menghina anak yatim. Seseorang yang melakukan perbuatan ini sama halnya sedang menempuh perjalanan ke neraka. Karena anak-anak yatim adalah orang-orang yang disayangi Rasulullah Saw. Apalagi doa anak yatim itu cepat dikabulkan Allah Swt. Dengan demikian, barangsiapa menyakiti hati mereka, berarti ia melapangkan jalan menuju neraka.

3. Hadis Tolong Menolong dan Mencintai Anak Yatim
a. Hadis Tentang Tolong Menolong
Hadis 1

Artinya: Dari Ibn Syihab, sesungguhnya Salim bin Abdullah telah mengkahabarkan kepadanya bahwa sesungguhnya Abdullah bin Umar RA. mengabarkan, Rasulullah Saw.. bersabda, “Muslim yang satu adalah saudara muslim yang lain. Oleh karena itu, ia tidak boleh menganiaya dan menyerahkannya (kepada musuh). Barangsiapa memperhatikan kepentingan saudaranya, Allah akan memperhatikan kepentingannya. Barangsiapa membantu kesulitan seorang muslim, maka Allah akan membantu kesulitannya dari beberapa kesulitannya pada hari kiamat kelak. Dan, barangsiapa menutupi (aib) seorang muslim, Allah akan menutupi (aib)nya pada hari kiamat.” (HR. Bukhari)

Hadis 2
Artinya: “Barangsiapa melapangkan seorang mukmin dari satu kesusahan dunia, Allah akan melapangkannya dari salah satu kesusahan di hari kiamat. Barangsiapa meringankan penderitaan seseorang, Allah akan meringankan penderitaannya di dunia dan akhirat. Barangsiapa menutupi (aib) seorang muslim, Allah akan menutupi (aib)nya di dunia dan akhirat. Allah akan menolong seorang hamba selama hamba itu mau menolong saudaranya. (HR. Muslim dari Abu Hurairah).
b. Penjelasan Hadis
Hadis Pertama:

Rasulullah Saw. mengajarkan kita untuk saling tolong-menolong. Tolong menolong atau ta’awun merupakan keharusan bagi setiap orang. Karena manusia tidak bisa hidup di dunia tanpa pertolongan orang lain. Setiap pekerjaan, apapun bentuknya, pasti membutuhkan kerjasama dengan orang lain. Di samping itu, tolong menolong dibutuhkan tidak hanya dalam urusan pekerjaan, melainkan dalam hal-hal nasihat-menasihati dalam kebaikan, anjuran berbuat kebajikan, dan lain sebagainya. Hal ini sebagaimana tercermin dalam firman Allah Swt.
Artinya: “… dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah. Sesungguhnya Allah itu amat berat siksa-Nya.”(QS. al-Maidah [5]: 2)

Di samping itu, ta’awun adalah salah satu cara menjaga Ukhuwah Islamiyah (persaudaraan dalam Islam). Tidak ada artinya ketika kita menganggap orang lain sebagai saudara, tapi tidak memberikan bantuan manakala ia sedang membutuhkan. Tolong menolong dan bahu-membahu menjadi tuntuntan dalam kehidupan bermasyarakat. Misalnya, ketika tetangga kita sedang menderita sakit maka selayaknya kita menjenguk dan mendoakannya. Atau tatkala orang-orang di sekitar kita mengalami suatu musibah, hendaknya kita membesarkan hatinya dengan mengunjunginya atau menghiburnya. Sebab kehadiran kita akan membantu meringankan beban mereka dan menjadi pelipulara dalam kehidupannya.

Dalam hal ini, Rasulullah Saw. telah mengajarkan untuk saling tolong menolong dalam bermasyarakat. Beliau mengibaratkan sikap semacam ini sebagai bangunan yang saling menguatkan satu sama lain:
Artinya: “Mukmin yang satu dengan yang lainnya bagaikan sebuah bangunan yang saling menguatkan antara sebagian dengan sebagian lainnya. (Rasulullah Saw. sambil memasukkan jari-jari tangan ke sela jari-jari lainnya) (HR. Bukhari)
Coba kalian renungkan:
Sebuah batu bata tampak lemah bila ia hanya teronggok sendirian tanpa yang lainnya. Pun demikian, ratusan bahkan ribuan batu bata tetap tampak lemah jika hanya berserakan tanpa kesatuan yang dapat menguatkan mereka. Akan tetapi, bila ribuan batu bata itu tersusun dengan rapi dan sesuai dengan aturan yang berlaku, seperti ditata dengan rancang-bangun yang presisi, direkatkan dengan semen yang bercampur air dan pasir, dan lain sebagainya maka akan menjadi sebuah banguan yang kokoh. Batu bata tidak lagi sebagai batu bata, tetapi menjadi dinding dan bangunan yang kuat, yang berfungsi sebagai rumah, hotel, istana, gerbang, dan lain sebagainya. Demikian inilah permisalan yang digambarkan Rasulullah berkaitan dengan pentingnya sikap saling tolong menolong, terutama dengan sesama Muslim.

Dalam Hadis di atas juga dijelaskan, Allah Swt. mengapresiasi orang yang mau membantu keperluan saudaranya. Dia akan membantunya dalam memenuhi kebutuhan dan mengabulkan hajatnya. Seseorang yang mau melepaskan kesusahan orang lain, ia akan dilepaskan dari kesusahannya di hari kiamat. Dan orang yang suka menutupi aib orang lain, aibnya pun akan ditutupi oleh Allah pada hari kiamat kelak.

Hadis Kedua: Menjelaskan tentang sikap hidup yang harus ditumbuhkembangkan dalam kehidupan bermasyarakat. Sikap tersebut antara lain: Kesediaan melapangkan kesusahan, meringankan beban penderitaan; menjaga atau menutupi aib saudaranya, dan kesediaan menolong sesama. Jika sikap tersebut tertanam dalam dada seorang muslim, sekaligus menjadi karakter yang dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari maka Allah Swt. akan membalas dengan balasan yang sama; dilapangkan, diringankan, ditutupi aibnya dan memperoleh pertolongan Allah dari kesusahan-kesusahan pada hari kiamat.

b. Hadis Tentang Mencintai Anak Yatim
Hadis 1

Artinya: Dari Sahl bin Sa’ad ra. barkata, Rasulullah Saw bersabda, “Aku dan orang-orang yang memelihara anak yatim di surga seperti ini beliau menunjukkan jari telunjuk dan jari tengah serta merenggangkan antara keduanya.” (HR.Bukhari)

Hadis 2

Artinya: Dari Abu Hurairah ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda, “Sebaik-baik rumah seorang muslim adalah rumah yang di dalamnya ada anak yatim dan diasuh dengan baik. Seburuk-buruk rumah orang Islam adalah rumah yang di dalamnya ada anak yatim yang diperlakukan dengan jahat.” (HR. Ibnu Majah).

c. Penjelasan Hadis
Hadis di atas mengajarkan kepada kita untuk peduli terhadap anak yatim. Seseorang yang mau peduli terhadap anak yatim dengan cara memeliharanya secara layak, memberikan pendidikan dan pelatihan yang bermanfaat, membesarkan jiwanya dengan perlakuan yang baik dan wajar, akan memperoleh kedudukan yang tinggi di surga bersama nabi Muhammad Saw. Kebersamaannya di surga Rasulullah digambarkan layaknya kedekatan antara jari telunjuk dan jari tengah.

Anak yatim adalah anak-anak yang belum baligh yang ditinggal mati orang tuanya,atau salah satunya. Di Indonesia dikenal dengan istilah yatim piatu, atau anak yang ditinggal mati oleh keduanya. Setelah kematian salah satu dari kedua orang tuanya maka orang yang pertama kali harus bertanggung jawab adalah ahli warisnya. Mereka berkewajiban untuk memelihara, memberikan kehidupan serta pendidikan yang layak, mengajarkan moralitas dan membangkitkan etos kerja guna mempersiapkan masa depan yang mandiri. 
 
Sama halnya dengan anak-anak lainnya, anak-anak yatim ini juga membutuhkan bimbingan dan kasih sayang orang tua dalam rangka perkembangan kepribadiannya. Namun, mereka tidak mendapatkan hal tersebut karena ayah atau ibunya telah tiada. Maka, diperlukan orang lain yang dapat menggantikan peran orang tua guna menuntun mereka ke jalan yang benar. Karena anak-anak yang kehilangan orang tua ini tidak akan tumbuh dengan baik dan seimbang, baik dari segi jasmani, mental, maupun spiritual tanpa kasih sayang orang-orang di sekitarnya. Maka dari itu, diperlukan orang tua asuh untuk membangkitkan jiwa dan karakternya yang terpuruk dan terbelakang, sekaligus menggantikan peran kedua orang tuanya. Tindakan menyelamatkan generasi dari anak-anak yatim ini tentu tidak mudah, dan memerlukan perjuangan dan keikhlasan yang sangat besar.

Sebagian masyarakat selama ini memahami bahwa menyantuni anak yatim hanya terbatas pada kebutuhan fi sik, seperti memenuhi kebutuhan sandang dan pangan. Dan kebanyakan dari mereka tidak mempertimbangkan perihal pendidikan, pembekalan skil, dan aspek psikologis lainnya. Padahal, selain kebutuhan makanan dan pakaian anak-anak yatim yang tinggal di panti maupun di rumahnya sendiri juga membutuhkan pendidikan dan bekal skil yang dapat dikembangkan kelak ketika mereka dewasa. Di samping itu, mereka merindukan figur orang tua yang menjadi tempat bertukar pikiran dan curahan hati. Oleh karena itu, seharusnya pemberian bantuan fi sik disertai pula dengan komunikasi pribadi yang intens untuk memahami kebutuhan psikologis maupun pengembangan bakat dan minat anak yang bermanfaat bagi masa depannya. 
 
Hal ini sebagaimana dijelaskan Rasulullah Saw. pada hadis tersebut bahwa orang yang menyantuni anak yatim dengan baik, ia akan berada di surga bersanding bersama Rasulullah Saw.

Demikian pula pada Hadis kedua bahwa rumah yang paling mulia dalam pandangan Nabi Muhammad adalah rumah yang di dalamnya terdapat anak yatim dan diasuh dengan baik. Sebaliknya, seburuk-buruk rumah yaitu bila di dalamnya ada anak yatim tapi disia-siakan. Jika demikian halnya maka keberkahan hidup tidak akan pernah terpancar dari rumah tersebut beserta penghuninya.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Multiplex pai bawah